Hadiah Kecil Natal dan Tahun Baru dari Keluarga
Terkadang saat menantikan liburan tiba, kita merasa ingin cepat-cepat merasakan liburan itu. Dan saat liburan itu tiba, sering kita tidak puas dengan liburan yang telah kita terima. Mungkin hal inilah yang senantiasa mengajak seseorang untuk tidak dapat menysukuri anugrah yang telah diberikan. Kita hanya ingin merasakan kenyamanan saja saat liburan tiba. Kita tidak mau mendapatkkan sebuah makna dari ketidaknyamanan saat liburan. Namun kita bisa menyertakan dan menyatukan itu semua dalam kesatuan keluarga kita masing masing.
Dengan merayakan Natal 2009 dan Tahun Baru 2010, kita dapat merasakan apakah hal ini dapat menyenangkan diri kita atau tidak. Semua itu tergantung diri kita. Melalui kelahiran Yesus Kristus, kita diajak untuk dapat melihat begitu luar biasa anugrah Allah kepada umat manusia. Dengan kelahirannya, kembali kita disadarkan akan kesederhanaan akan kedatangan Sang Penyelamat. Jika memang itu yang dapat kita lihat dalam kedatanganNya, marilah kita juga senatiasa tidak menuntut untuk merayakan Natal dengan begitu “meriah”. Biarlah Natal itu tiba dengan hati kita yang penuh harapan dan kasih. Tidak sekedar perayaannya saja yang meriah, tetapi kita perlu sadari untuk lebih baik memeriahkan Natal dengan hati yang meriah dengan sukacita bukan dengan materi.
Terkadang materi membuat kebahagian seseorang terpenuhi. Tetapi belum tentu kebahagian itu terpenuhi dengan kasih sayang. Natal bukan sekedar seberapa besar kita dapat merayakan tetapi seberapa besar kasih dan sukacita Natal yang dapat kita berikan kepada keluarga kita. Kiranya, kelahiran Tuhan Yesus, Sang Pembawa Damai, bisa menjadi insppirasi bagi kita untuk mengalami kebaikan Allah dalam hidup ini.
Tak lain dari perayaan Tahun Baru 2010 yang kita alami, kita juga diajak untuk melihat begitu besar Anugrah Tuhan. Merayakan Tahun Baru dengan tidak bersama keluarga hendaknya tidaklah membuat kita melihat itu terasa tidak bahagia. Kebersamaan keluarga juga tidak dapat dipaksakan jika memang tidak memungkinkan. Entah ada anggota keluarga yang masih kerja atau acara-acara yang sudah terencana jauh jauh hari. Merayakan Tahun baru sering diartikan dengan adanya kehidupan baru. Sekarang, Apakah kehidupan yang baru hanya kita rasakan dalam Tahun baru saja? Selama ini untuk apakah hari hari yang telah kita jalani? Jika kita sadari, hari-hari yang telah kita lewati merupakan kehidupan baru. Setiap kita bangun pagi, kita diberikan hidup baru di hari yang baru. Melihat banyak orang yang berbahagia dan sangat senagnnya saat perayaan Tahun Baru, hendaknya kita menyukuri Anugrah kehidupan dengan memanfaatkan kehidupan sehari hari yang telah kita terima.
Tahun Baru sama dengan perubahan. Banyak orang yang menjadikan tahun baru sebagai harapan baru dengan merayakannya dengan kembang api atau sejenisnya. Jika kita berajak dari sini, sebuah pertanyaan yang patut kita resapkan adalah apakah harapan baru itu hanya sebatas kembang apai yang menyala sesaat? atau petasan yang hanya bunyi sesaat juga? Jika dikaitkan dengan harapan baru pada Tahun Baru, hendaknya kita sadar harapan akan perubahan itu sebaiknya kita gambarkan dengan api yang terus menyala tanpa padam dengan kata lain semangat diri yang membara setiap hari bukan sesaat.
Jika banyak kejadian di tahun 2009 itu bersifat pribadi atau keluarga, barangkali sering tidak kita pahami pertanyan pertanyaan yang menyulitkan diri kita untuk menjawabnya. Sering kita bertanya untuk apakah hidup? Apa yang akan dilakukan Tuhan dalam hidup kita? Jika itu semua telah menjadi kehendak Tuhan, marilah kita tidak menuntut untuk harus mengertinya. Tetapi satu hal yang harus kita tanamkan dalam diri kita dan perlu kita percayakan dan serahkan kepada Tuhan serta bisa mencintai itu semua meski tidak memahaminya. Dengan semangat inilah mari kita menyambut tahun Baru 2010. Amin
Stephanus Augusta Yudhiantoro
Kelas XI
Seminari Wacana Bhakti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar