Hidup adalah sebuah pilihan. Ya, memang sering kudengar pepatah ini dalam berproses untuk menanggapi panggilan Tuhan. Beranjak sebagai seminaris kelas XI, aku juga mulai belajar dan mengolah pilihanku untuk dapat terus menaggapi tawaran Allah.
Penggambaran akan pengolahan tawaran kasih Allah ini mulai kuresapi dalam perjalanan Live in di Seminari Tinggi Fermentum, Keuskupan Bandung.
Pada tanggal 7 Februari 2010 aku bersama kedua temanku Ali dan Aji berangkat menuju Seminari Tinggi fermentum. Kami tiba pada pukul 20.30 dan kami disambut hangat oleh frater Aryo yang sudah menunggu kami dari siang hari. Kami dipersilahkan untuk santap malam terlebih dahulu dan sebelum kami beristirahat kami sempat berbincang-bincang bersama Fr Rian. Waktu juga yang menagajak kami untuk beristirahat, karena sudah terlalu malam dan lelah akhirnya kami beristirahat untuk siap menemukan pilihan dalam menaggapi kasih Allah pada Live-in ini.
Mencari Apa yang Belum Pernah Kucari
Penggambaran akan pilihan yang akan kuambil mulai kuresapi dalam live-in bersama frater diosesan Bandung. Dalam Live in ini aku dibimbing oleh frater tingkat I. Hari ini, Senin 8 Februari 2010 aku mulai mengenal kehidupan frater Diosesan Bandung. Aku mengikuti kegiatan para frater, dimana aku juga mendalami meditasi dan Brevir serta tak lupa untuk perayaan ekaristi. Karena para Frater kuliah, aku bersama temanku hanya bisa untuk menikmati kesendiriaan di seminari. Tak disangka, pagi hari Rm Jummy, selaku Rektor S.T Fermentum mengajak aku, kedua temanku bersama Fr Kelly untuk dapat mengenal paroki dengan bermain Bulutangkis di Paroki St Paulus bersama para pastor keuskupan Bandung. Setelah aku bermain, aku diajak untuk dapat melihat paroki dengan berkunjung ke pasturan. Disana aku bersama makan siang dan mengenal kembali pastur Keuskupan Bandung. Setelah itu kami kembali ke Fermentum dan aku melanjutkan perjalanku untuk mendalami dan mengenal Diosesan Bandung, perlahan kami belajar untuk beradaptasi pada kebiasaan hidup doa dan hidup komunitas mereka.
Memang sesuatu yang baru kudapatkan hendaknya kusyukuri. Mengenal dan belajar hal yang baru membuatku bersemangat dalam mendalami sebuah pilihanku pada nantinya. Dari sini aku dapat belajar untuk slalu senantiasa mensyukuri apa yang boleh kurasakan terlebih demi kehidupanku ke depannya. Kehidupan para Frater membuatku banyak berfikir untuk bagaimanakah diriku untuk dapat mengolah panggilan ini. Suatu hal yang baru kupelajari adalah sebagai calon imam bahkan yang sudah menjadi imam adalah aku harus dapat mengenal paroki atau tempat aku berkarya dan hidup. Sebagai pemimpin gereja nantinya aku belajar untuk dapat membiasakan mengenal dan memperhatikan umat. Mementingkan kepentingan umat dan mengenal lebih dalam karakteristik umat adalah proritasku sebagai calon imam. Untuk itu aku sejak dini ini belajar untuk membuka diri dalam menjalani proses sosialisasi dengan membantu umat dan menghargai umat sehingga suatu pola keharmonisan sebagai persekutuan umat Allah dapat berjalan dengan baik.
Kehangatan Senyuman Teman Seperjalanan
Perjalananku dalam Live in kembali berlanjut pada Selasa, 9 Februari 2010. Hari ini perjalanan live in kuresapi dengan mengenal kehidupan komunitas para frater.Aku seperti biasanya bangun, mandi dan mengembangkan hidup doa terlebih dahulu. Para frater hari ini kembali kuliah dan kami hanya menjaga rumah. Karena tidak ada tugas yang membebani aku, akhirnya aku memutuskan untuk dapat lebih mengenal lingkungan seminari dengan brkeliling dan menyempatkan diri untuk bermain billiard. Aku bersama kedua temanku bermaksud untuk melihat Fakultas Filsafat tempat para Frater kuliah. Akhirnya kami meminjam sepeda dan berkeliling Bandung untuk mencari Fakultas filsafat. Setelah kami sampai kami hanya melihat lihat dan kembali pulang. Kembali di seminari, aku mengikuti jadwal yang ada dan aku diajak untuk latihan koor pada jam 17.00. Dalamlatihan koor terasa prsaudaraan yang hangat diantara para frater. Canda dan tawa meliputi setiap latihan lagu lagu paskah itu. Akhirnya dengan begitu aku dan para frater dapat menikmati latihan koor dengan hati yang gembira pula.
Suatu hal yang dapat kuresapkan adalah aku sebagai orang terpanggil harus dapat memberikan yang terbaik untuk sesamaku. Belajar dari hal yang kecil, aku juga memeberikan yang terbaik bagi komunitasku, dengan mau memberi dan menerima bahkan saling menghormati dan menghargai membuat aku belajar untuk menciptakan hubungan yang harmonis dan solid. Sebagai calon imam pun akau juga belajar untuk membangun persaudaraan dalam komunitas. Dengan begini aku dapat meilhat kembali apa yang seharusnya menjadi prioritasku kedepannya. Hidup komunitas adalah prosesku untuk dapat mengolah pribadi untuk dapat berbaur dan melihat, memahami, serta merasakan keadaan sesamaku. Untuk itu segala hal ynag menyangkut hidup komunitas hendaknya kuutamakan dan kuiberikan yang terbaik untuk proses perjalanan hidup ini.
Menjadikan sesama sebagai teman seperjalanan, sebagai claon imam aku tidak bisa melangkah sendirian, dengan begitu aku berusaha untuk menjadikan Tuhan dan sesamaku untuk menjadi teman seperjalan.
Pengolahan Kematangan Kepribadian ala Fermentum
Perjalanan live-in kembali menarik dengan aku menjalani Live-in pada Rabu 10 Februari 2010, kembali aku mendapatkan suatu pengalaman yang menarik yang berguna sebagai bekalku dalam mengembangkan kepribadian sebagai calaon imam. Hari ini para frater libur kuliah sehingga kebersamaan para frater dapat terjalin. Pad ahari ini adlah hari dimana para frater mengembangkan kepribadian dengan mengatur kehidupan rumah tangganya sendiri. hal pertama adalah aku belajar memasak. Sebelum memasak pagi ini aku bersama para frater membeli bahan masakan untuk makan hingga malam nanti. Berbagai macam makanan kami beli dan aku dapat memulai kegiatan memasak ini. Setelah memasak kami berolahraga bersama dan sebelum santap siang akau juga opera membersihkan unit serta membuang sampah ke TPA di dekat pasar. Malam hari aku juga memasak dan ak senang karena menu malam ini cukup lezat. Ayam goreng dan tempe serta sarden membuatku merasa mensyukuri karya Tuhan hari ini.
Memang sebagai calon imam yang pada dasaranya diarahkan untuk dapat mengurus hidupnya sendiri harus dapat belajar untuk hidup dengan segala cara. Bermula dari memasak, dengan begini kepribadian seseorang secara langsung diarahkan pada tujuan untuk dapat bertahan dalam kesendiriaan atau mampu menjadi diri sendiri untuk hidup yang lebih berkembang. Suatu hal yang dapat menjadi panutanku adalah aku sebagai calon imam dengan kegiatan seperti ini akau dapat belajar untuk dapat mematangkan kepribadian untuk mengolah segala hasil karya Tuhan. Yang mengatur hidupu adalah aku, sudah semestinya juga aku harus dapat memebrikan yang terbaik bagi hidupku. Untuk itu akusenantiasa mensyukuri segala apa yang telah diberikan untuk mengembangkan kepribadiannku.
Mengenal Lebih Dekat Keuskupan Bandung
Hal yang menarik dalam perjalanan Live ini kembali kutemukan dalam shering bersama Rm Jummy, banyak hal yang kudapatkan seputar keuskupan Bandung, tentang umat, para imam, para frater dan gereja di keuskupan Bandung. Dari perbincangan ini banyak hal baru yang kudapatkan yang juga dapat membantuku untuk mengenal keuskupan bandung. Dan yang paling menarik adalah ketika aku diberikan arah dasar sebagai frater di fermentum.
1. kematangan kepribadian
sebagai calaon imam hendaknya sebagai formandi memiliki kematangan kepribadian agar pada akhirnya dapat bersikap dewasa dalam menaggapi panggilan Tuhan serta berkarya.
2. Hidup rohani
Memang hidup yang paling utama adalah hidup doa, dengan dapat menjalankan hidup doa dengan baik pasti aku sebagai calon imampun yakin Tuhan senatiasa membantu setiap langkah hidupku.
3. Hidup Komunitas
Teman seperjalanan membantu aku untuk dapat berkembang, hingga akhirnya aku juga senantiasa untuk belajar untuk hidup berkomunitas agar perjalanan panggilanku dengan bersama sama dapat saling membantu.
4. Hidyup study
Sebagai calon imam, aku sadar aku harus dapat belajar dengan baik. Sebagai frater nanti hidup study juga diperlukan untuk dapat memahami dan menjadikan panutan kepada umat.
5. Pastoral
Sebagai calon imam aku juga harus dapat menjadikan tempat aku berpijak ini sebagai temapat pelayananku. Untuk itu jika sebagai frater nanti, aku senantiasa juga mau belajar untuk dapat melayani umat.
Banyak hal yang kusyukuri atas live-in ini. Mengenal lebih dekat imam diosesan Bandung membuatku ingin lebih dalam lagi merasakan kehangatan dalam berkarya sebagai imam diosesan. Memang satu hal yang terlintas saat live adalah begitu bebasnya kehidupan para frater dan aku hanya bisa berproses, dimana aku tahu semakin aku berkembang ke tinggkat atas, kebebasan yang kudapatkan juga. Sehingga semakin banyak juga tanggung jawab yang harus kuseimbangkan dari kebebasan itu. Penggambaran akan kasih Allah juga semakin nampak dalam live ini ini dan aku hanya bisa melih dan megolah dan mempertahankan apa yang sudah aku pilih, sehingga pilihanku pada nantinya dapat meberikan yang terbai k bagi Tuhan, keluarga, sesamadan diiku sendiri. semoga inspiratif..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar